Oleh :
JRO MANGKU SUARDANA
Pasraman Sesepuh
Om Swastyastu,
Menurut Pasraman Sesepuh ada lima unsur yang memberikan bimbingan baik Jasmani maupun Rohani (Sekala Niskala) bagi kelangsungan umat manusia, ialah disebut Panca Guru.
Kata Panca Guru terdiri dari dua kata yaitu Panca artinya Lima dan Guru artinya Penuntun atau Pembimbing (Pendidik). Jadi Panca Guru artinya Lima tugas berat yang harus dipikul atau diemban Penuntun atau Pembimbing (Pendidik) untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan umat manusia dalam mencari kesucian, kesujatian (jati diri) serta keutamaan hidup.
Demikian sepintas tentang pengertian Guru, selanjutnya bila kita meninjau tentang jenis-jenis yang disebut Guru atau yang berfungsi sebagai guru dan sebagai Guru tertinggi dari alam semesta ini tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Guru Param Brahma atau Paramesti Guru yang dinyatakan dalam Gurupùjà 2, sebagai berikut :
“Oý Gurur Brahma Gurur Viûóu Gurur deva Maheúvara, Gurur sà kûat Param Brahma tasmai Úrì gurave namaá.”
Artinya:
(Om Hyang Widhi, Engkau adalah Brahma, Viûóu dan Maheúvara, sebagai Guru Agung, Pencipta, Pemelihara dan Pelebur alam semesta. Engkau adalah Guru Tertinggi, Param Brahma, kepada-Mu aku memuja).
Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat Hindu tidak terlepas dari disiplin dalam setiap tingkah laku kita sehari-hari lebih-lebih terhadap Panca Guru.
Di dalam Etika atau Susila agama Hindu, ada disebutkan Panca Guru yang harus kita hormati, disebut Panca Guru Bhakti merupakan bhakti kepada Panca Guru yang mempunyai tugas yang sangat berat.
Berbhakti kepada kelima Guru itu adalah suatu kewajiban, meliputi :
1. Bhakti Kepada Guru Swadyaya.
Guru Swadyaya disebut pula Guru Sejati. Dinamakan Guru Sejati karena Beliau adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan YME). Beliaulah yang telah menciptakan alam semesta dengan segenap isinya ini, kemudian memelihara dan melindunginya dan akhirnya juga melebur atau mengembalikan ke dalam bentuk asalnya. Dinyatakan sebagai Guru karena Tuhan adalah pembimbing utama bagi umat manusia yang tidak ada bandingannya. Beliau maha tahu, beliau juga maha kuasa dan maha sakti. Karena itu sebagai manusia kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tulus ihklas. Cara mewujudkan rasa bhakti kepada Guru Swadyaya itu, diantaranya :
a. Selalu ingat kepada-Nya.
b. Melakukan persembahyangan (Tri Sandhya),
c. Berdoa sebelum melakukan kegiatan.
d. Meyakini kebesaran Tuhan.
e. Selalu bersyukur atas karunia-Nya.
f. Mempelajari ajaran Ketuhanan.
g. Melaksanakan upacara Piodalan.
h. Ngayah di Pura.
i. Melaksanakan Tapa, Bratha, Yoga, Samadhi (Dewa Sraya).
j. Menjaga kesucian Pura.
k. Mempelajari kitab suci Weda.
l. Medana Punia.
m. Dan lain-lain.
2. Bhakti Kepada Guru Rupaka.
Guru Rupaka atau Guru Reka adalah orang tua atau Ibu Bapak kita di rumah atau orang yang menjadi penyebab kelahiran kita ke dunia ini, sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan kepada kita (orang tua kandung). Manusia tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan orang tuanya. Karena itu anak-anak harus menghargai orang tuanya. Rasa bhakti kepada Guru Rupaka dapat diwujudkan, antara lain dengan :
a. Mengikuti dan melaksanakan nasehat orang tua.
b. Membantu orang tua kandung dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
c. Menjunjung tinggi kehormatan keluarga.
d. Membantu dan memperhatikan kesehatan orang tua kandung jika sedang sakit.
e. Melaksanakan upacara Pitra Yadya sebagaimana mestinya.
f. Dan lain sebagainya.
3. Bhakti Kepada Guru Preteka.
Guru Preteka adalah Guru Asuh (Wali) orang yang mengasuh kita (Wali) dengan perlakuan seperti orang tua atau Ibu Bapak kita di rumah, sebagai orang yang juga telah memberikan asuhan pendidikan kepada kita. Ada manusia yang tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan dari Guru Preteka selain dari Guru Rupakanya (karena suatu alasan). Oleh sebab itu anak-anak juga harus menghargai orang tua asuhnya (Guru Preteka). Rasa bhakti kepada Guru Preteka juga diwujudkan sama dengan Guru Rupaka, antara lain dengan :
a. Mengikuti dan melaksanakan nasehat orang tua asuh (Guru Preteka).
b. Membantu Guru Preteka dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
c. Menjunjung tinggi kehormatan keluarga dari Guru Preteka.
d. Membantu dan memperhatikan kesehatan orang tua asuh (Guru Preteka) jika sedang sakit.
e. Melaksanakan upacara Pitra Yadya sebagaimana mestinya kepada Guru Preteka.
4. Bhakti Kepada Guru Pengajian.
Guru pengajian atau Guru Waktra adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita di sekolah. Guru di sekolah memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, sehingga murid menjadi pandai dan terhindar dari kebodohan berarti lenyaplah penderitaan. Karena murid-murid harus menghargai dan menghormati gurunya. Murid-murid pun dapat mewujudkan rasa bhaktinya kepada Guru Pengajian, dantaranya dengan :
a. Menyapa dan memberi hormat kepada guru.
b. Melaksanakan semua nasihat dan ajarannya.
c. Tidak mencaci maki guru.
d. Menjaga nama baik guru dan sekolah.
e. Selalu mengingat guru, meskipun sudah tidak menjadi muridnya lagi.
f. Tidak menantang guru.
g. Mentaati tata tertib sekolah.
h. Rajin belajar.
i. Selalu berbudi luhur.
j. Dan sebagainya.
5. Bhakti Kepada Guru Wsisesa.
Guru wisesa adalah Pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu mensehjaterakan dan memberikan perlindungan. Karena itu pemerintah harus selalu dihormati dan dihargai. Kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Pemerintah, sebagai berikut :
a. Selalu menghormati aparatur Pemerintah yang bersih dan jujur.
b. Berpartisipasi dalam mengamankan negara.
c. Berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan.
d. Rajin membayar pajak.
e. Cinta tanah air negara dan bangsa.
f. Mentaati semua ketentuan Pemerintah.
g. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila.
h. Menghargai dan menghormati para pahlawan bangsa.
i. Memelihara dan menjaga harta benda milik pemerintah.
j. Memelihara hasil-hasil pembangunan bangsa.
k. Bangga menjadi bangsa indonesia.
l. Dan lain sebagainya.
Rasa bhakti dalam Panca Guru ini menegaskan penting dan agungnya peran dan fungsi guru dalam perjalanan pendidikan seseorang. Keberhasilan pendidikan seseorang sangat ditentukan oleh Guru. Di samping kekuasaan Tuhan sebagai Guru Swadyaya kualitas Guru Wisesa, Guru Pengajian dan Guru Rupaka serta Guru Preteka yang kemudian disebut dengan Panca Guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang tak terkecuali kita yang duduk di forum terhormat ini. Model Panca Guru bagi bangsa dan negara Indonesia eksistensinya sangat kuat terlebih bagi masyarakat Hindu. Peranan Panca Guru memang sangat menentukan keberhasilan dan kualitas pendidikan termasuk keberhasilan seseorang mencapai tingkat jabatan fungsional tertinggi sebagai seorang profesor. Kita semua yang ada di forum ini sudah pasti tidak luput dari Guru yang telah banyak memberikan sentuhan perubahan karena tanpa sentuhan Guru tidak mungkin kita bisa menempati posisi dan duduk di bangku kuliah ini.
Di era teknologi informasi dan komunikasi di antara kelima Guru itu sesungguhnya tidak bisa dikatakan yang satu lebih berpengaruh atau lebih tinggi kedudukannya dari yang lain karena peranan dan fungsinya yang saling komplementer.
Bersinerginya Panca Guru merupakan faktor penting penentu peningkatan kualitas pendidikan. Guru Wisesa/pemerintah memainkan peran penting dalam mengembangkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, rencana, dan program kerja yang jelas bagi penyelenggaraan pendidikan di seluruh tanah air. Guru Pangajian mendapat penghormatan karena Guru Pangajian adalah Guru yang tidak hanya memberikan kesejahtraan jasmani, tetapi ia yang memberikan kebahagiaan rohani yang disebut Dharma, yaitu pendidikan suci berupa kebajikan dan kesucian peribadi.
Istilah Guru Pangajian adalah perubahan metathesis dari Guru Pangadhyayan atau Guru Adhyà ya atau guru kerohanian. Sedangkan Guru Rupaka dan Guru Preteka meletakkan kehormatannya sebagai Guru karena perannya di dalam keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dalam pengenalan nilai-nilai dan usaha penanamannya sejak dini mendahului anak mulai bersekolah. Lingkungan keluarga merupakan lahan pertama tempat berseminya perilaku normatif. Karenanya lingkungan keluarga di bawah arahan Guru Rupaka dan atau Guru Preteka harus menjadi andalan bagi pengakraban antara anak dengan nilai-nilai unggul/luhur sebagai acuan perilaku baik yang bersifat preservatif maupun progresif.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
0 Komentar